Senin, 26 Desember 2011

The Open Group Architect Framework (TOGAF)

TOGAF's enterprise architecture
Seperti ditunjukkan dalam gambar, TOGAF membagi arsitektur enterprise ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut :
  • Business architecture—Menjelaskan proses bisnis untuk memenuhi tujuannya.
  • Application architecture—Menjelaskan bagaimana aplikasi khusus dirancang dan bagaimana aplikasi berinteraksi satu dengan yang lainnya.
  • Data architecture—Menjelaskan bagaimana enterprise datastores diatur dan diakse.
  • Technical architecture—Menjelaskan infrastruktur hardware dan software yang mendukung aplikasi dan interaksinya.
TOGAF menggambarkan dirinya sebagai sebuah “kerangka,” namun bagian terpenting dari TOGAF adalah Architecture Development Method (ADM). ADM adalah resep untuk menciptakan arsitektur. Mengingat bahwa ADM adalah bagian  dari TOGAF, TOGAF dikategorikan  sebagai proses arsitektur sedangkan AMD sebagai metodologi.
Dipandang sebagai proses arsitektur, TOGAF melengkapi Zachman yang dikategorikan sebagai taksonomi arsitektur. Zachman memberitahu bagaimana mengkategorikan artefak. Sedangkan TOGAF menciptkan prosesnya.
TOGAF pandangan dunia arsitektur enterprise sebagai kontinum dari arsitektur, mulai dari yang sangat umum sampai kepada yang sangat spesifik. TOGAF’s ADM menyediakan proses untuk mengemudikan gerakan dari umum ke khusus.
TOGAF adalah sebuah landasan Arsitektur karena terdapat prinsip-prinsip arsitektural yang secara teoritis akan digunakan oleh organisasi TI.
The TOGAF Enterprise Continum
TOGAF mendefinisikan berbagai pengetahuan dasar yang hidup dalam Foundation Architecture. Dan kemungkinan anda akan masuk padaTechnical Reference Model (TRM) dan Standards Information Base (SIB).  TRM adalah gambaran yang disarankan dalam sebuah arsitektur generik TI sedangkan SIB adalah kumpulan standar dan pseudo-standar yang direkomendasikan TOGAF dalam  membangun arsitektur TI.

The TOGAF Architecture Development Method (ADM)
Dalam Phase A, Analyst akan memastikan bahwa proyek tersebut memiliki dukungan yang diperlukan dalam menentukan ruang lingkup proyek, mengidentifikasi kendala, dokumen persyaratan bisnis, dan membangun definisi tingkat tinggi arsitektur dan target (yang diinginkan ) arsitektur.
Puncak dari Phase A akan menjadi Statement of Architecture Work, yang harus disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan sebelum tahap berikutnya. Output dari fase ini adalah untuk menciptakan sebuah visi arsitektur untuk dapat lulus dari siklus ADM. Analyst akan membimbing  dalam memilih proyek, memvalidasi proyek terhadap prinsip-prinsip arsitektur yang telah dibuatkan pada Tahap Pendahuluan, dan memastikan bahwa para pemangku kepentingan telah diidentifikasi dan isu-isu mereka telah ditangani.
Visi Arsitektur dibuat dalam Phase A akan menjadi masukan utama sebagai tujuan pada Phase B. Pada Phasse B adalah untuk menciptakan baseline rinci, arsitektur target bisnis dan melakukan analisis lengkap dari kesenjangan yang terjadi.
Phase B melibatkan pemodelan bisnis, analisis bisnis yang sangat rinci, dan dokumentasi persyaratan teknis. Kesuksesan Phase B memerlukan masukan dari banyak pihak. Outputnya akan menjadi penjelasan rinci tentang dasar dan tujuan target bisnis, dan deskripsi kesenjangan arsitektur bisnis.
Phase C untuk arsitektur sistem informasi,  TOGAF mendefinisikan sembilan langkah, masing-masing dengan beberapa sub-langkah :
  • Develop baseline data-architecture description
  • Review and validate principles, reference models, viewpoints, and tools
  • Create architecture models, including logical data models, data-management process models, and relationship models that map business functions to CRUD (Create, Read, Update, Delete) data operations
  • Select data-architecture building blocks
  • Conduct formal checkpoint reviews of the architecture model and building blocks with stakeholders
  • Review qualitative criteria (for example, performance, reliability, security, integrity)
  • Complete data architecture
  • Conduct checkpoint/impact analysis
  • Perform gap analysis
Yang paling penting dari tahap ini akan menjadi Target Informasi dan Aplikasi Arsitektur.
Tahap D melengkapi arsitektur – teknik infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung arsitektur baru yang diusulkan. Fase ini selesai bila ada keterlibatan dengan tim teknis.
Phase E : mengevaluasi berbagai kemungkinan pelaksanaan, mengidentifikasi proyek-proyek implementasi besar yang mungkin dilakukan, dan mengevaluasi peluang usaha yang berkaitan dengan proyek.
Phase F berkaitan erat dengan Phase E. Pada fase ini, Analyst bekerja dengan Governance Body untuk mengurutkan proyek yang diidentifikasi dalam Phase E  ke dalam urutan prioritas yang meliputi biaya, manfaat serta faktor-faktor risiko .
Source : sumber

Minggu, 25 Desember 2011

ERP dan Sistem Informasi Berbasis ERP (Enterprise Resource Planning)

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem computer-based terintegrasi untuk mengelola seluruh aktifitas perusahaan, sumberdaya internal dan eksternal, termasuk tangible asset, keuangan, persediaan, produksi, human resources, marketing, supply chain, logistics, dll.
Implementasi sistem informasi berbasis ERP adalah suatu arsitektur software yang memiliki tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi diantara seluruh fungsi-fungsi bisnis di dalam batas organisasi/perusahaan dan mengelola hubungan dengan pihak stakeholder diluar perusahaan.
Dibangun atas dasar sistem database yang terpusat dan biasanya menggunakan platform komputasi yang umum.  Sistem informasi berbasis ERP dapat  mengkonsolidasikan seluruh operasi bisnis menjadi seragam dan sistem lingkungan perusahaan yang lebih luas.
Suatu sistem ERP akan berada pada pusat server dan akan didistribusikan ke seluruh unit perangkat keras dan perangkat lunak modular sehingga dapat melayani dan berkomunikasi melalui jaringan area lokal. Sistem tersebut memungkinkan bisnis untuk merakit modul dari vendor yang berbeda tanpa perlu untuk menempatkan beberapa copy dari sistem komputer yang kompleks dan mahal di lokasi-lokasi yang tidak memerlukan.
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sistem ERP mengintegrasikan informasi dan proses-proses yang berbasis informasi pada sebuah bagian atau antar bagian dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem ERP terdiri atas beberapa sub sistem (modul) yaitu sistem finansial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem inventori, dan sistem human resource. Masing-masing sub sistem terhubung dengan sebuah database terpusat yang menyimpan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing sub sistem. Sub sistem mewakili sebuah bagian fungsionalitas dari sebuah organisasi perusahaan.
Sistem ERP memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
  • Sistem ERP merupakan paket software yang didesain pada lingkungan client-server baik tradisional (berbasis desktop) maupun berbasis web.
  • Sistem ERP mengintegrasikan mayoritas bisnis proses yang ada.
  • Sistem ERP memproses seluruh transaksi organisasi perusahaan.
  • Sistem ERP menggunakan database skala enterprise untuk penyimpanan data.
  • Sistem ERP mengijinkan pengguna mengakses data secara real time.
 Dalam beberapa kasus, ERP digunakan untuk mengintegrasikan proses transaksi dan aktifitas perencanaan. Oleh karena itu, ERP harus:
  • Mendukung berbagai jenis bahasa dan sistem keuangan di berbagai negara.
  • Mendukung industri-industri tertentu (misal: SAP mampu mendukung berbagai macam industri seperti industri minyak dan gas, kesehatan, kimia, hingga perbankan).
  • Mampu dikostumasi dengan mudah tanpa harus mengubah source code program.
Arsitektur
Sistem ERP yang ada pada saat ini kebanyakan menggunakan sistem arsitektur 3-tier atau lebih. Arsitektur 3-tier secara umum digambarkan sebagai berikut:
1. Presentation Layer
Presentation layer merupakan sarana bagi pengguna untuk menggunakan sistem ERP. Presentantaion layer dapat berupa sebuah aplikasi (sistem berbasis desktop) atau sebuah web browser (sistem berbasis web) yang memiliki graphical user interface (GUI). Pengguna dapat menggunakan fungsi-fungsi sistem dari sini, seperti menambah dan menampilkan data.
2. Application layer
Lapisan ini berupa server yang memberikan layanan kepada pengguna. Server merupakan pusat business rule, logika fungsi, yang bertanggung jawab menerima, mengirim dan mengolah data dari dan ke server database.
3. Database layer
Berisi server database yang menyimpan semua data dari sistem ERP. Database layer bertanggung jawab terhadap manajemen transaksi data.
Implementasi Sistem Informasi berbasis ERP dapat dijelas dengan contoh sbb :
Terdapat order untuk 100 unit Produk A. Sistem ERP akan membantu untuk menghitung berapa yang dapat diproduksi berdasarkan segala keterbatasan sumber daya yang ada pada perusahaan saat itu. Apabila sumber daya tersebut tidak mencukupi, sistem ERP dapat menghitung berapa lagi sumberdaya yang diperlukan, sekaligus membantu perusahaan dalam proses pengadaannya. Ketika hendak mendistribusikan hasil produksi, sistem ERP juga dapat menentukan cara pemuatan dan pengangkutan yang optimal kepada tujuan yang ditentukan pelanggan. Dalam proses ini, tentunya segala aspek yang berhubungan dengan keuangan akan tercatat dalam sistem ERP tersebut termasuk menghitung berapa biaya produksi dari 100 unit tersebut.
Dapat terlihat bahwa data atau transaksi yang dicatat pada satu fungsi/bagian sering digunakan oleh fungsi/bagian yang lain. Misalnya daftar produk bisa dipakai oleh bagian pembelian, bagian perbekalan, bagian produksi, bagian gudang, bagian pengangkutan, bagian keuangan dan sebagainya. Oleh karena itu, unsur ‘integrasi’ itu sangat penting dalam mengimplementasikan sistem informasi berbasis ERP.
Keuntungan dan Kerugian ERP
Keuntungan dari implementasi ERP antara lain:
  • Integrasi data keuangan. Oleh karena semua data disimpan secara terpusat, maka para eksekutif perusahaan memperoleh data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan perusahaan dengan lebih baik.
  • Standarisasi Proses Operas. ERP menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan menggunakan sistem dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan berjalan dengan lebih efisien dan efektif.
  • Standarisasi Data dan Informasi. Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data yang standar, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk semua divisi yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur. Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return on Investment (ROI), dan komponen lainnya, seperti:
  • Pengurangan lead-time
  • Peningkatan kontrol keuangan
  • Penurunan inventori
  • Penurunan tenaga kerja secara total
  • Peningkatan service level
  • Peningkatan sales
  • Peningkatan kepuasan dan loyalitas konsumen
  • Peningkatan market share perusahaan
  • Pengiriman tepat waktu
  • Kinerja pemasok yang lebih baik
  • Peningkatan fleksibilitas
  • Pengurangan biaya-biaya
  • Penggunaan sumber daya yang lebih baik
  • Peningkatan akurasi informasi dan kemampuan pembuatan keputusan.
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain adalah:
  • Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
  • Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
  • Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
  • Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik
  • Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP
Kerugian diatas dapat terjadi ketika:
  • Kurangnya komitmen top management, sehingga tim IT kurang mendapat dukungan pada rancangan sistemnya. Hal ini bisa muncul karena ketakutan tertentu, seperti kawatir data bocor ke pihak luar. Selain itu, anggapan bahwa implementasi ERP adalah milik orang IT juga dapat membuat kurangnya rasa memiliki dari top management dan karyawan divisi lain. Padahal, implementasi ERP sebenarnya adalah suatu proyek bisnis, dimana IT hadir untuk membantunya.
  • Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan, sehingga hasil analisis strategi bisnis perusahaan tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Perusahaan sebaiknya menentukan dari awal, apakah perusahaan akan mengikuti standar ERP atau sebaliknya.
  • Kesalahan proses seleksi software, karena penyelidikan software yang tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan. Hal ini bisa berakibat pada membengkaknya waktu dan biaya yang dibutuhkan.
  • Tidak cocoknya software dengan business process perusahaan.
  • Kurangnya sumber daya, seperti manusia, infrastruktur dan modal perusahaan.
  • Terbentuknya budaya organisasi yang berada dalam zona nyaman dan tidak mau berubah atau merasa terancam dengan keberadaan software (takut tidak dipekerjakan lagi).
  • Kurangnya training dan pembelajaran untuk karyawan, sehingga karyawan tidak benar-benar siap menghadapi perubahan sistem, dimana semua karyawan harus siap untuk selalu menyediakan data yang up-to-date.
  • Kurangnya komunikasi antar personel.
  • Cacatnya project design dan management.
  • Saran penghematan yang menyesatkan dari orang yang tidak tepat.
  • Keahlian vendor yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
  • Faktor teknis lainnya, seperti bahasa, kebiasaan dokumentasi cetak menjadi file, dan lain sebagainya.
Implementasi ERP dalam dunia bisnis
1.  Best Practice dan Business Process Reengineering
Dalam praktiknya penerapan sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap best practie, yaitu proses bisnis umum yang paling layak ditiru. Misalnya, bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok di gudang dan sebagainya.
Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari Sistem ERP, maka industri yang akan mengimplementasikan ERP harus mengikuti best practice process (proses umum terbaik) yang berlaku. Akan tetapi, permasalahan mulai timbul bagi industri di Indonesia. Sebagai contoh, adalah permasalahan bagaimana merubah proses bisnis perusahaan sehingga sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh Sistem ERP, atau merubah Sistem ERP agar sesuai dengan proses kerja perusahaan hal ini terutama dilakukan untuk modul sumber daya manusia (SDM), karena banyak perusahaan di Indonesia memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan proses bisnis pada modul SDM yang terdapat pada sistem ERP pada umumnya, contohnya SAP.  Proses penyesuaian ini, dikenal juga sebagai proses Implementasi. Jika dalam kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses bisnis yang cukup mendasar, maka perusahaan harus melakukan Business Process Reengineering (BPR) yang dapat memakan waktu berbulan bulan.
Ironisnya, tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang melakukan Business Process Reengineering (BPR) tidak hanya pada modul SDM pada paket ERP saja, namun perusahaan tersebut justru melakukan penyesuaian pada modul lain diluar modul SDM, seperti purchasing, hal ini merupakan penerapan ERP di Indonesia yang sangat disayangkan. Sebab, dengan melakukan Business Process Reengineering pada modul lain selain modul SDM, sama saja dengan membeli paket ERP kosong, karena salah satu faktor yang menentukan keberhasilan implementasi sistem ERP di perusahaan adalah karena proses bisnis yang telah terintegrasi didalam paket ERP merupakan proses bisnis best practice yang telah teruji reabilitasnya.
Source : Sumber

Kilas - Kilas Sistem Informasi Geografis

GIS (Geographic Information System) atau dalam bahasa Indonesia disebut SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan kesatuan formal yang berkenaan dengan sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan obyek-obyek yang terdapat dipermukaan bumi. Pengertian GIS merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
Representasikan model dunia nyata di dalam GIS ada dua. Pertama adalah jenis data spasial yang merepresentasikan aspek keruangan yang disebut data-data posisi, ruang, koordinat. Kedua adalah jenis data yang merepresentasikan aspek deskriptif terhadap fenomena yang dimodelkan yang disebut data non-spasial. Lebih lanjut kita akan membahas tentang model data spasial.
1. Model Data Spasial
Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitas yang membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian data spasial.
Data spasial menjelaskan fenomena geografi terkait dengan lokasi relatif terhadap permukaan bumi (georeferensi), berformat digital dari penampakan peta, berbentuk koordinat titik-titik, dan simbol-simbol mendefinisikan elemen-elemen penggambaran (kartografi), dan dihubungkan dengan data atribut yang disimpan dalam tabel-tabel sebagai penjelasan dari data spasial tersebut (georelational data structure).
Model data spasial terbagi dalam dua kategori dasar, yaitu model data vektor dan model data raster. Berikut akan dijelaskan kedua model data spasial tersebut.
1.1 Model Data Vektor
Model data vektor merepresentasikan setiap fitur ke dalam baris dalam tabel dan bentuk fitur didefinisikan dengan titik x, y dalam space. Fitur-fitur dapat memiliki ciri-ciri yang berbeda lokasi atau titik, garis atau poligon.
Lokasi-lokasi seperti alamat customer direpresentasikan sebagai point yang memiliki pasangan koordinat geografis. Garis, seperti sungai atau jalan, direpresentasikan sebagai rangkaian dari pasangan koordinat. Poligon didefinisikan dengan batas dan direpresentasikan dengan poligon tertutup. Semua itu dapat didefinisikan secara legal, seperti paket dari tanah; administratif, seperti kabupaten. Saat menganalisa data vektor, sebagian besar dari analisa melibatkan atribut-atribut dari tabel data layer.
Tiga macam model data vektor yaitu :
a. Titik (point)
Titik adalah representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu obyek [Hur03]. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol.
Representasi Objek Titik
b. Garis (line)
Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk mempresentasikan obyek-obyek dua dimensi. Obyek atau entitas yang dapat direpresentasikan dengan garis antara lain jalan, sungai, jaringan listrik, saluran air.
Representasi Objek Garis
c. Poligon (polygon)
Poligon digunakan untuk merepresentasikan obyek-obyek dua dimensi, misalkan: Pulau, wilayah administrasi, batas persil tanah adalah entitas yang ada pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Satu poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis di antara tiga titik yang saling bertemu membentuk bidang. Poligon mempunyai sifat spasial luas, keliling terisolasi atau terkoneksi dengan yang lain, bertakuk (intended), dan overlapping.
1.2 Model Data Raster
Model data raster merepresentasikan fitur-fitur ke dalam bentuk matrik yang berkelanjutan. Setiap layer merepresentasikan satu atribut (meskipun atribut lain dapat diikutsertakan ke dalam sel matrik). Entiti spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber entiti spasial raster adalah citra satelit (misalnya Ikonos).
Representasi Data Raster
2. Model Data Non-Spasial
Data non-spasial adalah data yang merepresentasikan aspek deskripsi dari fenomena yang dimodelkan yang mencakup items dan properti, sehingga informasi yang disampaikan akan semakin beragam. Contoh data non-spasial adalah: Nama Kabupaten, Jumlah penduduk, Jumlah penduduk laki-laki, Jumlah penduduk perempuan, Nama bupati, Alamat kantor pemerintahan, Alamat web site, Nama gunung.

Source : sumber